nice to meet you

Foto saya
I always dreaming about being a novelist

Stories

Jumat, 11 Juli 2014

Sebuah rindu kepada Ayah

Kepergian adalah hal yang mutlak, yang pasti terjadi di dunia ini. termasuk kepergian seorang ayah. 21 April 2014, beliau meninggalkanku. entah apa yang aku rasakan saat itu. sedih memang ada, pasti ada. namun, ada sepercik api kelegaan atas kepergiannya. Aku bahagia atas kepergiannya? TIDAK. aku sangat kesepian. sel kanker yang menggerogoti tubuhnya lebih dari 2 tahun akhirnya memaksa tubuh kurus nya "menyerah". Sejatinya aku tak terima akan kejadian tersebut. Namun, aku seorang terpelajar, seorang yang nantinya akan sering berhadapan dengan situasi seperti yang dirasakan waktu itu. Aku sudah tahu prognosis apa yang akan terjadi pada diri ayahku. Usia tidak akan ada yang tahu kecuali Allah . Dokter boleh berkata bahwa ayah tidak akan bisa melewatkan lebaran pada tahun 2013. Namun nyatanya? Beliau bisa melewatinya. Aku bisa mengehela napas lega.

Aku terus berpikir dan berterimakasih kepada Allah yang yang telah memberikan bonus umur kepada Ayah. Hingga pada saat bulan februari 2014, kondisi ayah mulai menurun. Obat kemoterapi yang ia konsumsi sejumlah 1 butir 1 hari 1 juta rupiah sangat taat ia lakukan. Dan itu membuahkan hasil. Benjolan tersebut mengecil, namun karena sudah berjalan sangat lama, tak bisa dihindari lagi bahwa sel-sel kanker tersebut telah menyebar ke otaknya. Memang sel primer tersebut telah mengecil, tapi sel lainnya yang tengah hinggap di otaknya terus berkembang menjadikan kondisi ayah semakin menurun. Aku berterimaksih kepada ayah yang telah menyekolahkanku sebagai perawat. Sehingga aku bisa merawat ayahku di rumah. Selama 2 minggu liburanku, aku "mengais" pahala dengan  merawat dan menjaga ayahku.

Ucapan terimakasih tak henti-hentinya aku panjatkan kepada Sang Pemilik Alam Semesta beserta isinya, karena Dia telah memberikanku kesempatan untuk berbakti, membalas semua apa yang telah ayah lakukan kepadaku. Saat kepergiannya, aku tak berada di sampingnya. Saat itu aku baru saja menyelesaikan UASku. Aku tertegun mengetahui semua itu. Tangisku pecah, namun itu hanya sesaat. Entah perasaan apa ini. Mama menangis histeris, dan tugasku adalah menenangkannya. Aku boleh sedikit sombong karena memiliki hati yang begitu kuat.

Ayah, terimakasih telah menjadi Ayah yang paling terbaik di dunia ini untukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar